Kerangka
karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur
Mengapa
metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang
baru mulai menulis ? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk
menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara
terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu
penulis dalam hal – hal berikut :
- Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
- Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
- Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
MACAM-MACAM
OUTLINE
Macam – macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu :
berdasarkan
sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.
Berdasarkan Perincian
Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat
di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan
formal.
- Kerangka Karangan Sementara
Kerangka
karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun
bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian
kembali guna mengadakan perombakan – perombakan yang di anggap perlu. Karena
kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun
secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan,
maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis,
sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat –
kalimat, alinea – alinea atau bagian – bagian tanpa mempersoalkan lagi
bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian – bagiannya.
- Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok – pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
- Kerangka Karangan Formal
Kerangka
karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik
yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana
tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses
perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di
pecah – pecah menjadi bagian – bagian bawahan ( sub – ordinasi ) yang di
kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub – bagian dapat di
perinci lebih lanjut menjadi bagian – bagian yang lebih kecil. Sejauh di
perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas – jelasnya. Dengan perincian
yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga
tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.
POLA KARANGAN
A. OUTLINE BERPOLA ALAMIAH merupakan suatu urutan unit – unit kerangka
karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah
dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (
urutan kronologis ), urutan berdasarkan ruang ( urutan spasial ), dan urutan
berdasarkan topik yang sudah ada .
- Urutan Waktu ( kronologis )
Urutan
waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan
peristiwa atau tahap – tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini
adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.
Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman,
novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi
yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik
sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi . Urutan
kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu – satunya
cara yang kurang menarik dan paling lemah .
- Urutan Ruang ( Spasial )
Urutan
ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang
di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat .
Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif
.
- Topik yang ada
Suatu
pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal
dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara
lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut
dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya,
tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu.
B. OUTLINE BERPOLA LOGIS merupakan Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran
untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu
susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan
suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .
Macam – macam urutan logis yang dikenal :
Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan
ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu
dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang
paling menonjol . Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir
rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang
menyusun bagian – bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin
meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat –
tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian . Urutan yang
merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks . Penulis mulai suatu yang
paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur – angsur menuju kepada suatu
topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya .
Urutan Kausal
Urutan
kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat
ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang
kemudian di lanjutkan dengan perincian – perincian yang menelusuri akibat –
akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah
atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada
umumnya .
Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap
sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian – perincian yang berusaha
mencari sebab – sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan
akibat sebab .
Urutan Pemecahan Masalah
Urutan
pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak
menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang –
kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan
akhirnya alternative – alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di
hadapi tersebut . Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara
tuntas, penulis harus benar – benar menemukan semua sebab baik yang langsung
maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah
tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab – sebab, tetapi juga
harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung,
yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak .
Urutan Umum – Khusus
Urutan umum – khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau
dari khusus ke umum .
Urutan
yang bergerak dari umum ke khusus pertama – tama memperkenalkan kelompok –
kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok
– kelompok khusus atau kecil .
Urutan
khusus – umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya
mengenai hal – hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal – hal yang umum
yang mencakup hal – hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu –
individu kemudian kelompok – kelompok . Urutan ini merupakan salah satu urutan
yang paling lazim dalam corak berpikir manusia .
Urutan
umum – khusus dapat mengandunug implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui
penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal –
hal yang khusus mengikuti pola umum tadi . Sebaliknya urutan khusus – umum
dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui
. Urutan umum – khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab –
akibat, klimaks, pemecahan masalah . Atau dapat pula mengambil bentuk
klasifikasi, atau ilustrasi . Dalam ilustrasi mula – mula di kemukakan suatu
pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan – penjelasan dan bila perlu
di kemukakan ilustrasi – ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau
perbandingan dan pertentangan.
- Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan
mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur – angsur pindah kepada hal
– hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan – keadaan
tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
- Urutan akseptabilitas
Urutan
akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak
oleh para pembaca. Suatu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah
kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk
mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan.
Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya
bila pada topik – topik utama telah di pergunakan urutan waktu ( kronologis ),
maka pengarang harus menjaga agar hanya topik – topik yang mengandung urutan
waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan – satuan topik
bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.
SISTEM PENOMORAN
Supaya
tingkatan – tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka
di pergunakan pula simbol – simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan
yang sederajat. Pokok – pokok utama yang merupakan perincian langsung dari
tesis di tandai dengan angka – angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik
utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal
ini di tandai dengan huruf – huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II
dapat di perinci masing – masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai
dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan :
a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst.
Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf
kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. Tanda – tanda itu harus di
tempatkan sekian macam sehingga mudah di lihat, misalnya seperti bagan di bawah
ini
TESIS : ………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN ………………………………………………………………
I. ……………………………………………………………………………….
A. ……………………………………………………………………………
1.………………………………………………………………………….
a.
……………………………………………………………………………
(
1 ) ……………………………………………………………………
(
2 ) ……………………………………………………………………
b.……………………………………………………………………….
(
1 ) ……………………………………………………………………
(
2 ) ……………………………………………………………………
2.………………………………………………………………………….
a.………………………………………………………………………..
(
1 )…………………………………………………………………….
(
2 ) ……………………………………………………………………
b.………………………………………………………………………..
B. ……………………………………………………………………………
1.………………………………………………………………………….
a.………………………………………………………………………..
(
1 ) ……………………………………………………………………
(
2 ) …………………………………………………………………….
b.………………………………………………………………………..
2.………………………………………………………………………….
a.………………………………………………………………………..
b.………………………………………………………………………..
(
1 ) ……………………………………………………………………
(
2 ) ………………………………………………………………………………
c.…………………………………………………………………………
II.……………………………………………………………………………..
dst.
III.…………………………………………………………………………….
dst.
SUMBER : http://nabiyutiful.blogspot.com/2010/11/outline-kerangka-karangan.html (diakses tgl 23 november 2013, 15:03 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar