Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
POLA KALIMAT DASAR
Setelah
membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah
dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para
ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. KB + KK : Dosen bercengkrama.
2. KB + KS : Dosen itu galak.
3. KB + KBil : Harga pena itu lima ribu
rupiah.
4. KB + (KD +
KB) : Rumahnnya di jakarta.
5. KB1 + KK +
KB2 : Kami menonton sinetron.
6. KB1 + KK +
KB2 + KB3 : James peselancar.
Ketujuh pola
kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif0, tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat
tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal
terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia
dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat
tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.
Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1. Dosen bercengkrama
S: KB + P: KK
2.
Dosen itu galak
S: KB + P: KS
3. Harga pena itu lima ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola
kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah
pola yang mengandung subjek (S) kata benda (Dosen) dan predikat (P) kata
kerja (bercengkrama).
Kalimat itu menjadi Dosen bercengkrama
S P
Contoh lain:
1.
Pertemuan
APEC sudah berlangsung.
S P
2.
Teori
itu dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah
pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (galak).
Kalimat itu menjadi
Dosen
itu galak
S P
Contoh lain:
1.
Komputernya
rusak.
S P
2.
Suku
bunga bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah
pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga pena itu) dan berpredikat kata bilangan
(lima ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga pena itu lima ribu rupiah.
S P
Contoh lain:
1.
Panjang
jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S P
2.
Masalahnya
seribu satu.
S
P
Ketiga pola
kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat
akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih
dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Dosen bercengkrama dapat diperluas menjadi kalimat :
Dosen Universitas Gunadarma sedang
bercengkrama di sekdos.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah
hasil perluasan subjek Dosen dengan Universitas Gunadarma.
Perluasan predikat bercengkrama dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir 2 kalimat.
Kalimat 2, yaitu Dosen itu galak dapat diperluas menjadi :
Dosen
itu selalu galak setiap hari.
S
P K
Kalimat 3, yaitu Harga pena itu lima ribu rupiah dapat
diperluas pula dengan kalimat :
Harga pena hitam itu lima ribu rupiah per buah.
S
P
Memperluas
kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup
kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau
lebih.
Perluasan kalimat itu, antara
lain, terdiri atas:
1. keterangan tempat, seperti di
sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik it, dan sekeliling
kota;
2. keterangan waktu, seperti
setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua
bulan ini;
3. keterangan alat seperti dengan
linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan
dengan cek;
4. keterangan modalitas, seperti
harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya;
5. keterangan cara, seperti
dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6. keterangan aspek, seperti
akan, sedang, sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan, seperti
agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8. keterangan sebab, seperti
karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. frasa yang, seperti mahasiswa
yang IPnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin
yang memperhatikan takyatnya;
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya
saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI
Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara
berikut ini.
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1. Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2. Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B. Majemuk Majemuk
Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari
dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi
empat jenis, sebagai berikut :
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan
hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu
lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur
tenang.
Karyawan
duduk teratur.
Para
nasabah antre.
Direktur
tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu
dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan,
dan hasilnya disebut kalimat majemu setara pertentangan.
Contoh:
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia
dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong
negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam
menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan
ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut :
Puspiptek
terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung.
Ia
bukan peneliti, melainkan pedagang.
3. Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata
lalu dan kemudian jika kejadian
yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama
juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara
serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan
oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut
kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para
pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau
para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk
tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara
terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang
tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda
di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan hardisk. (tunggal)
b. Mereka masih dapat menyimpan data ke flasdisk. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan hardisk, mereka
masih dapat menyimpan data ke flasdisk .
2. a. Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para
pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh
beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat.
Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian
gagasan dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila
engkau ingin melihat air terjun alami, saya akan membawamu ke gunung-gunung besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat air terjun alami.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke gunung-gunung besar.
Penanda anak kalimat ialah kata
walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar,
supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas
kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1.
Karena hujan sudah reda, kami lanjutkan perjalanan pulang.
2.
Kami tidur, tetapi mereka masih sibuk menonton tv.
SUMBER :
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf (diakses tgl 26 september 2013, 21:15 wib)
1 komentar:
Find hotels near Borgata Hotel Casino & Spa in 서울특별 출장마사지 Atlantic City, NJ 여주 출장샵 near Hard Rock Hotel & Casino. 전라남도 출장안마 Borgata Hotel Casino & Spa · Borgata Hotel Casino & 오산 출장샵 Spa · Borgata Hotel 태백 출장마사지 Casino
Posting Komentar