BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the
process of directing and influencing the task related activities of group members.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota
dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000)
membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan
sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan
oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya
untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang
dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan
suatu budaya produktif dalam organisasi.
Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah
kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena
itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam
pembahasan kali ini saya akan membahas sebuah tokoh pemimpin yang ada di
INDONESIA,yaitu panglima besar jendral Soedirman.
Jenderal
Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang
pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah
menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya melawan Belanda.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Setelah
Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil
merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai
tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan
pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia
terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik
Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal
diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat
Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya
sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada
saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota
Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di
Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya
tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk
melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah
dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan
sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada
pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak
merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia
tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya
selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Menurut
saya dalam kepemimpinan jendral soedirman beliau merupakan tipe pemimpin yang
kharismatik, hal itu karena banyak kekurangan yang terdapat dalam diri beliau,
akan tetapi, pasukannya selalu mendukungnya atau semua prajurit yang
dipimpinnya selalu mematuhi perintah-perintahnya. Walaupun dari segi fisik
beliau amat sangatlah tidak memungkinkan untuk memimpin,hal itu karena beliau
telah lama sakit, bahkan beliau sampai ditandu oleh para prajuritnya untuk
berperang melawan belanda.
Teori
yang mendukung pendapat saya mengenai kepemimpinan jendral soedirman adalah
teori genetic,hal itu karena menurut teori ini seorang pemimpin akan karena ia
telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang
ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan
untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
Meskipun
panglima besar jendral soedirman mempunyai banyak kekurangan, dalam hal ini
terutama adalah fisik,beliau masih banyak sekali kelebihan-kelebihan yang ada
dalam diri panglima besar jendral soedirman yang patut kita contoh atau kita
teladani,misalnya saja adalah sikap pantang menyerahnya.
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Dalam pembahasan kali ini saya akan membahas
sebuah tokoh pemimpin yang ada di INDONESIA,yaitu panglima besar jendral Soedirman
Jenderal
Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang
pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah
menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya melawan Belanda. Dalam kepemimpinan jendral soedirman beliau
merupakan tipe pemimpin yang kharismatik, teori yang mendukung mengenai
kepemimpinan jendral soedirman adalah teori genetic,hal itu karena menurut
teori ini seorang pemimpin ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
BAB IV
SUMBER BACAAN
blog.binadarma.ac.id/dedi1968/wp-content/uploads/2012/09/kepemimpinan.pdf
0 komentar:
Posting Komentar